Bojonegoro,damarinfo.com – Kematian adalah keniscayaan, namun karya manusia bisa abadi sepanjang masa. Seperti karya-karya besar Jagad Pramudjito, maestro seni asal Bojonegoro, yang telah memperjuangkan pelestarian seni asli Bojonegoro Oklik dan Sandur. Masa perjuangan yang panjang tak membuat dia lelah untuk terus menjaga jati diri Bojonegoro melalui seni.
Tahun 1990 Mbah Jagad-sapaanya- membentuk Kelompok Kreatif Dan Olahrasa Kesenian Tradisional (K2 D’ORKesTra). Melalui kelompok ini Mbah Jagad melakukan eksplorasi yang besumber dari kesenian tradisi Bojonegoro, seperti oklik dan Sandur.
Dedikasi dan loyalitasnya menjadikan Mbah jagat seniman yang bertaraf Nasional, buktinya dia sempat diundang dalam event Makasar Art Forum, untuk menampilkan komposisi musik kontemporer.
Hasil kerja kerasnya untuk melestarikan sandur pun berbuah manis dengan ditetapkannya sandur sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 2018.
“Beliau adalah maestro seni oklik dan sandur, ini dapat dilihat dalam pengajuan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Oklik dan WBTB yang menjadi maestro adalah Mbah Jagad” Kata salah seorang seniman Bojonegoro Agus Sigro
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Budaya Jawa Timur yang terkenal dengan Taman Cak Durasim pun melakukan pendokumentasian kesenian sandur di bawah kepemimpinan Mbah Jagad yakni kelompok Sandur Sekar Sari yang dilaksakan pada 22 -23 Juli setahun silam.
Tujuan pendokumentasian ini adalah sebagai salah bentuk upaya pelestarian kesenian langka juga upaya menghidupkan kembali seni yang telah terlahir sebelumnya namun redup dan kurang dikenali masyarakat.

Pendokumentasian Kesenian Sandur Sekar Sari ini adalah suatu pekerjaan yang bertugas mengumpulkan, menyusun, mencari, menyelidiki, meneliti, dan mengolah serta memelihara dan juga menyiapkan sehingga menjadi dokumen baru dalam bentuk video dokumenter yang diharapkan bermanfaat bagi masyarakat.
Pada mulanya Sandur berasal dari hiburan masyarakat agraris seusai lelah seharian bekerja di sawah kemudian berkembang menjadi produk kesenian yang bertumpu pada upacara ritual. Di dalamnya terdapat unsur cerita (drama), tari, karawitan, akrobatik (kalongking) juga terdapat unsur-unsur mistis, karena dalam setiap pementasannya selalu menghadirkan danyang (roh halus).
Sebagai upacara ritual, pertunjukan diadakan di tanah lapang sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang dicapai. Tidak diketahui bagaimana asal muasal sandur, namun para pelaku meyakini sandur sudah ada sejak zaman kerajaan yang terkait dengan kepercayaan animisme. Kata Sandur itu sendiri berasal dari kata “san” yang berarti selesai panen (isan) dan “dhur” yang berarti ngedhur (sampai habis). Namun sumber lain mengatakan bahwa sandur berasal dari bahasa Belanda yaitu soon yang berarti anak-anak dan door yang berarti meneruskan. (https://cakdurasim.com/berita/pendokumentasian-kesenian-sandur-sekar-sari-bojonegoro)
Dan hari Minggu 30 Juni 2024 lalu, Mbah Jagad telah berpulang kepada Sang Pencipta, namun karya-karyanya tetap lestari.
“Sugeng Tindak Mbah Jagad”
Penulis : Syafik