Bojonegoro dan Gizi Jawa Timur: Antara Potensi dan Kegagalan Pemerataan Nutrisi

oleh 187 Dilihat
oleh
(Ilustrasi by chatgpt)

damarinfo.com – Mengapa di tengah ladang subur dan sawah yang luas, masih banyak warga Bojonegoro yang kekurangan gizi? Mengapa di provinsi dengan pasokan pangan melimpah, angka konsumsi protein hewani justru timpang dan menyedihkan?

Ketika para pemangku kebijakan bicara soal kemajuan, realitas di meja makan masyarakat kecil berbicara lain. Di Jawa Timur—termasuk Bojonegoro, yang dikenal sebagai lumbung pangan nasional—ribuan keluarga hidup dengan pola makan yang jauh dari cukup, apalagi sehat. Bukan karena tak mau makan bergizi, tetapi karena akses, harga, dan kesadaran masih menjadi kemewahan yang tak semua orang bisa nikmati.

Konsumsi Protein: Antara Angka Rata-rata dan Ketimpangan Nyata

Menurut Susenas Maret 2023, konsumsi protein per kapita di Jawa Timur mencapai 60,66 gram/hari. Sekilas, angka ini tampak memadai. Namun, jika kita pecah berdasarkan jenis makanan—ikan, daging, telur/susu, dan buah-buahanmuncullah kesenjangan yang mencolok antar daerah. Sebagian kabupaten kota menikmati gizi layak, sementara lainnya tertinggal jauh di belakang.

Siapa yang Makan Lebih Baik?

  • Ikan: Kabupaten pesisir seperti Sumenep (17,23 g), Lamongan (12,16 g), dan Gresik (10,06 g) mendominasi.

  • Daging: Surabaya (7,06 g) dan Sidoarjo (6,15 g) jauh di atas rata-rata. Sebaliknya, Situbondo dan Sampang bahkan tidak menyentuh 3 gram.

  • Telur/Susu: Lagi-lagi Surabaya (4,82 g) dan Madiun (4,51 g) lebih unggul.

  • Buah-buahan: Lumajang (0,82 g) dan Kota Batu masih lebih baik daripada Sampang (0,27 g) yang nyaris nihil.

Baca Juga :   Bojonegoro: Lumbung Padi, Tapi Kekurangan Gizi Jadi Juara di Jatim

Bojonegoro: Potensi Agraris, Tapi Gizi Tertinggal

Sebagai daerah agraris, Bojonegoro mencatat konsumsi protein per kapita sebesar 58,71 gram/harisedikit di bawah rata-rata Jawa Timur. Tapi jangan cepat puas. Mari kita uji kualitasnya lewat konsumsi empat komoditas utama:

🐟 Ikan – Ada, Tapi Tak Mencukupi

  • Bojonegoro: 6,72 gram/hari

  • Jawa Timur: 7,16 gram/hari

  • Standar AKG (2019): 50–100 gram/hari

  • WHO: 100–150 gram, dua kali/minggu

Sebagai wilayah non-pesisir, Bojonegoro memang kalah secara geografis. Tapi ketimpangan ini justru menyoroti lemahnya distribusi pangan dan minimnya intervensi edukasi seperti kampanye “Ayo Makan Ikan”.

🥩 Daging – Terlalu Jauh dari Ideal

  • Bojonegoro: 3,57 gram/hari

  • Jawa Timur: 4,42 gram/hari

  • Standar: 50–70 gram/hari

Rendahnya konsumsi daging menandakan dua hal: akses ekonomi terbatas dan produksi lokal yang belum dimaksimalkan. Ini berbahaya karena daging adalah sumber zat besi vital untuk mencegah anemia dan stunting.

🥚🥛 Telur & Susu – Masih Barang Mewah

  • Bojonegoro: 2,34 gram/hari

  • Jawa Timur: 3,09 gram/hari

  • Standar: 1 butir telur & 250 ml susu per hari

Minimnya konsumsi produk ini menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat dan keterbatasan distribusi di tingkat desa.

🍎🍊 Buah – Hampir Terlupakan

  • Bojonegoro: 0,49 gram/hari

  • Jawa Timur: 0,57 gram/hari

  • Standar: 200 gram/hari

  • WHO: 400 gram/hari buah & sayur

Ini angka yang menyedihkan. Di tengah tanah subur, buah masih jadi kemewahan, bukan kebutuhan harian.

Baca Juga :   Uji Coba, Kodim Bojonegoro bersama SPPG Taman Rajekwesi Distribusikan Ratusan Porsi Makan Sehat dan Bergizi

Bukan Sekadar Data: Ini Soal Kehidupan

Di balik angka-angka itu, ada anak-anak yang tumbuh tanpa gizi, ibu-ibu yang kekurangan energi, dan petani yang tak bisa pulih cepat karena tubuhnya kekurangan nutrisi. Ini adalah krisis yang tak boleh dinormalisasi hanya karena bukan headline berita.

Apa yang Bisa Dilakukan Bojonegoro?

Kabupaten ini punya modal besar: lahan luas, semangat gotong royong, dan jaringan komunitas desa yang kuat. Tinggal bagaimana mengubah potensi itu menjadi gerakan nyata:

  • Edukasi Gizi dari Desa: Libatkan guru, tokoh agama, dan tenaga kesehatan.

  • Subsidi Pangan Bergizi: Distribusi telur, susu, dan ikan segar secara rutin ke keluarga miskin.

  • Produksi Lokal untuk Konsumsi Lokal: Dorong peternakan ayam petelur dan budidaya ikan air tawar.

  • Kolaborasi Multi-Pihak: Pemerintah, swasta, dan komunitas harus kerja bareng—tidak jalan sendiri-sendiri.

Gizi Adalah Hak, Bukan Pilihan

Bojonegoro tak akan naik kelas hanya dengan data produksi padi atau minyak. Kesejahteraan sejati terwujud saat semua warga bisa makan cukup, sehat, dan bergizi. Sekarang saatnya berpindah dari laporan ke aksi nyata. Karena gizi yang baik hari ini adalah pondasi untuk generasi pemimpin masa depan untuk Bojonegoro Bahagia, Makmur dan Membanggakan

Penulis : Syafik

Sumber  data : Susenas Maret 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur

Sumber Angka Kecupukan Gizi : (AKG) 2019 Kemenkes RI; Rekomendasi WHO/FAO.