Bojonegoro, damarinfo.com – Bojonegoro, salah satu kabupaten kaya di Jawa Timur, punya sumber pemasukan besar dari minyak dan gas bumi. Dengan APBD yang gendut, banyak yang berpikir kalau kualitas hidup di sini pasti tinggi. Tapi kenyataannya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bojonegoro masih tertinggal dibandingkan daerah lain. Kenapa bisa begitu?
IPM Bojonegoro Masih Tertinggal, Padahal APBD Jumbo
Menurut data, IPM Bojonegoro 2023 hanya mencapai 70,85, membuatnya berada di peringkat 26 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, dan peringkat ini sudah sejak tahun 2013. Sebagai perbandingan, tetangganya seperti Gresik sudah mencapai angka 77,98, sedangkan Surabaya dan Malang bahkan mencapai lebih dari 83. Meskipun Bojonegoro punya APBD besar, peningkatan kualitas hidup masyarakatnya masih lambat.
APBD Besar Tapi Dampaknya Kurang Terlihat
Salah satu alasan utama IPM Bojonegoro tertinggal adalah penggunaan anggaran yang belum fokus pada sektor yang langsung berdampak ke masyarakat. Sebagian besar anggaran mungkin dialokasikan untuk infrastruktur atau belanja pegawai, sementara daerah lain seperti Surabaya dan Malang lebih fokus pada pendidikan, kesehatan, dan daya beli warga.
Misalnya, Surabaya secara konsisten meningkatkan akses dan kualitas pendidikan serta layanan kesehatan, yang membuat penduduknya lebih sejahtera. Sementara di Bojonegoro, pendidikan masih jadi tantangan besar yang berdampak langsung pada rendahnya IPM.
Kepala Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Bojonegoro, Moh. Saiful Anam, menjelaskan bahwa APBD Bojonegoro besar tetapi penggunaannya belum tepat sasaran.
“Anggaran lebih banyak digunakan untuk infrastruktur, terutama jalan, tapi belum menyentuh aspek yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara signifikan,” ungkapnya.
Pendidikan Jadi PR Besar Bojonegoro
Salah satu komponen utama dalam IPM adalah pendidikan, dan Bojonegoro masih jauh tertinggal. Indeks Pendidikan Bojonegoro hanya di angka 0,61, jauh di bawah Surabaya dan Malang yang sudah di atas 0,8. Rendahnya indeks ini bisa disebabkan oleh banyaknya anak yang putus sekolah serta akses pendidikan yang belum merata.
Kesehatan Oke, Tapi Masih Bisa Lebih Baik
Dari sisi kesehatan, Bojonegoro cukup baik dengan indeks kesehatan di angka 0,85, meskipun masih kalah dengan Gresik (0,87) dan Surabaya (0,89). Banyak warga sudah bisa mengakses layanan kesehatan, tapi pelayanannya masih bisa ditingkatkan, terutama di daerah pelosok.
Daya Beli Warga Masih Rendah
Meskipun APBD Bojonegoro besar, indeks daya beli masyarakatnya hanya di angka 0,72 pada 2023, jauh di bawah Surabaya yang sudah mencapai 0,9. Salah satu faktornya mungkin karena ekonomi Bojonegoro masih bergantung pada sektor minyak dan gas, yang tidak banyak menyerap tenaga kerja lokal. Jika Bojonegoro mampu diversifikasi sektor ekonominya, daya beli masyarakat bisa meningkat.

Laju Peningkatan IPM Bojonegoro Lambat
Dalam enama tahun terakhir (2018-2023), IPM Bojonegoro hanya naik 3 poin, dari 67,85 menjadi 70,85. Ini tergolong lambat jika dibandingkan dengan kabupaten seperti Gresik, yang juga naik 2,7 poin tapi dari basis IPM yang lebih tinggi. Surabaya dan Malang juga menunjukkan kenaikan yang lebih cepat meskipun APBD mereka tidak jauh lebih besar dari Bojonegoro.
Apa yang Harus Dilakukan Bojonegoro?
Moh. Saiful Anam memberikan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan perekonomian Bojonegoro, salah satunya dengan mengembangkan sektor pariwisata yang ada, seperti Taman Lokomotif, Taman Bengawan, Taman Rajekwesi, hingga Alun-Alun Bojonegoro. Tempat-tempat ini perlu direnovasi dan disesuaikan dengan tren masyarakat saat ini. Selain itu, tempat belanja oleh-oleh khas Bojonegoro bisa dipusatkan di satu lokasi, sehingga menarik lebih banyak wisatawan dan membantu UMKM lokal berkembang.
“Jika ini dilakukan, pendapatan masyarakat Bojonegoro bisa meningkat dan ekonomi lokal jadi lebih kuat,” jelas Anam.
Kesimpulan: Kaya Sumber Daya, Tapi Perlu Strategi Tepat
Meski Bojonegoro punya sumber daya besar dan APBD yang tinggi, itu belum cukup untuk mengangkat kualitas hidup warganya jika alokasi anggaran tidak tepat sasaran. Bojonegoro bisa belajar dari daerah lain di Jawa Timur yang berhasil meningkatkan IPM dengan fokus pada pendidikan, kesehatan, dan peningkatan daya beli. Potensi besar yang ada harus dioptimalkan agar Bojonegoro bisa melaju lebih cepat di masa depan.
“Apakah kamu merasa dampak APBD sudah dirasakan di lingkunganmu? Yuk, sampaikan pendapat dan pengalamanmu!”
Penulis : Syafik