Blora- Pemerintah Kabupaten Blora menetapkan masa tanggap darurat kekeringan tahun 2020 mulai Agustus hingga akhir November. Demikian surat keputusan Bupati Blora Djoko Nugrogo terkait tanggap dadurat tahun 2020 ini.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Blora setiap tahun menganggarkan bantuan air bersih untuk didistribusikan ke desa-desa. ‘’Tahun ini kami menganggarkan sekitar Rp 418 juta. Jumlah tersebut cukup untuk pengadaan bantuan air bersih sekitar 1.600 tangki (satu tangki = 5.000 liter),’’ ujar Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Blora Hadi Praseno, Minggu 6-9-2020.
Hadi Praseno mengungkapkan, tahun ini sebanyak 170 desa di 14 kecamatan (kecuali Kecamatan Kradenan dan Todanan) telah mengajukan bantuan air bersih. Menyikapi hal itu, kata Hadi Praseno, BPBD Blora sudah mulai menyalurkan bantuan air bersih ke desa-desa terdampak kekeringan sejak Agustus. ‘’Sampai saat inipun kami masih melakukan dropping air bersih. Hari ini (kemarin, red) di Kecamatan Jati. Untuk sementara ini sudah tersalur bantuan air bersih sekitar 100 tangki lebih sejak Agustus,’’ tandasnya.
Bantuan air bersih yang didistribusikan ke desa-desa sesuai permintaan masyarakat. Hanya saja jumlahnya disesuaikan dengan tingkat keterparahan kekeringan di desa tersebut. Selain itu, memperhatikan pula aspek pemerataan bantuan. Hal itu mengingat cukup banyak desa yang telah mengajukan bantuan air bersih. ‘’Kalau ada pihak lain yang hendak memberikan bantuan air bersih, kami persilahkan. Namun, alangkah baiknya dikoordinasikan dengan BPBD. Tujuannya agar bantuan merata ke desa-desa terdampak kekeringan,’’ kata Hadi Praseno.
Safaat, salah seorang warga Desa Mernung, Kecamatan Cepu, menuturkan, setiap tahun saat musim kemarau, banyak warga di desanya yang kesulitan mendapatkan air bersih. Dia mengungkapkan, menjelang Agustus, sudah banyak sumur di rumah warga yang airnya berkurang drastis. ‘’Memang beberapa kali sempat turun hujan. Namun tidak deras dan juga tidak lama. Ada tambahan air sedikit di sumur tapi tetap saja tidak bisa mencukupi kebutuhan,’’ ungkapnya.
Pihaknya pun harus bisa menghemat penggunaan air di sumur agar tetap bertahan lama. Apalagi, kata Safaat, musim kemarau masih akan berlangsung beberapa bulan lagi. ‘’Kalau ada bantuan air bersih, tentu kami sangat senang sekali,’’ katanya.
Kepala Dinas Pertanian Blora Reni Miharti, musim kemarau tahun ini diprediksi tidak separah tahun-tahun sebelumnya. Dia pun menyakini hasil panen tanaman pertanian di Blora akan tetap bisa meningkat. Apalagi di kawasan Blora selatan yang mendapatkan air dari Bengawan Solo dan sejumlah kecamatan lainnya, para petani masih bisa bercocok tanam padi seiring ketersediaan air irigasi yang mencukupi. ‘’Justru yang perlu mendapatkan perhatian adalah serangan hama tikus. Tak hanya menyerang tanaman padi, tapi juga tanaman palawija seperti jagung,’’ ujarnya.
Reni Miharti menjelaskan, hama tikus tidak bisa ditangani parsial di satu lahan. Melainkan harus dilakukan bersamaan. Karena itu, dengan menggandeng para pihak terkait termasuk TNI dan Polri, Dinas Pertanian mengintensifkan gerakan pemberantasan hama tikus. Di antaranya melalui gropyokan bersama petani maupun pembasmian dengan obat-obatan. Tak hanya itu, pembudidayaan dan pemasangan rumah burung hantu (rubuha) juga dilakukan dengan harapan dapat menekan populasi tikus.
Penulis : Ais