Blora-Kabupaten Blora, Jawa Tengah, membentuk kawasan bernama Desa Tangguh Bencana (Destana). Alasannya, sebagaian lokasi di kabupaten ini berada di pinggir Sungai Bengawan Solo.
Lokasi Destana ini, sebagian besar berada di desa-desa yang lokasinya dilewati Sungai Bengawan Solo. Di antaranya beberapa desa di Kecamatan Cepu, Kecamatan Kedungtuban dan sebagian desa di Kradenan, Blora bagian utara.
Pembentukan Destana ini atas kunjungan kerja Komisi E DPRD Jawa Tngah, yang membidangi urusan Kesejahteraan Masyarakat, pada Senin 6-1-2020. Kunjungan Kerja dipimpin Ketua Komisi E DPRD Jateng, Abdul Hamid, S.Pd.I, bersama Sekretaris Komisi E, Sri Ruwiyati , SE, MM, dan para anggota. Kedatangannya ke Blora didampingi pimpinan BPBD Jateng dan Kepala Biro Kesra Setda Jateng, guna berdiskusi tentang kesiapan dan penanggulangan bencana.
Pihak tuan rumah Bupati Djoko Nugroho didampingi Sekda Komang Gede Irawadi, SE, MM, bersama Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Blora, Sunardi, dan beberapa OPD terkait di Pendopo Rumah Dinas nya. Turut hadir perwakilan dari Kodim 0721/Blora, Polres Blora, dan Yonif 410/Alugoro.
Menurut Abdul Hamid bahwa Blora merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki potensi bencana alam seperti banjir maupun angin kencang. Dan segala jenis bencana alam, potensinya ada di Jawa Tengah. Blora juga harus siap menghadapi potensi bencana yang ada di wilayahnya, terlebih saat musim hujan. “Kami ingin agar Kabupaten juga sigap,” ucapnya.
Menurutnya, bencana tidak bisa diprediksi dengan tepat kapan datangnya. Sehingga pihaknya meminta pemerintah daerah bisa meningkatkan upaya preventif dan edukatif kepada masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana agar dampaknya bisa diminimalisir.“Apakah di Blora sudah ada Desa Tangguh Bencana (Destana) ?,” ujar Abdul Hamid.
Maka, lanjut Abdul Hamid, jika belum maka bisa segera dirintis. Destana ini penting, agar masyarakat yang tinggal di desa berpotensi bencana paham langkah-langkah apa yang dilakukan ketika bencana datang. “Lakukan penyuluhan, bimbingan dan pelatihan tanggap bencana kepada masyarakat,” terangnya.
Bupati Blora Djoko Nugroho mengapresiasi besarnya perhatian Komisi E DPRD Jateng yang sudah bersedia datang ke daerah ini. Menurutnya, guna mengetahui kesiapan penanggulangan bencana sudah ada tim. Yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Blora itu bukan pantai utara dan bukan pantai selatan. Tetapi sebagian daerahnya adalah hutan jati milik Negara. “Potensi bencananya adalah kekeringan, banjir luapan sungai dan angin puting beliung. Tentu kita tangani,” tandasnya.
Terkait usulan Destana, menurut Bupati, itu adalah usulan bagus. Pihaknya segera tindaklanjuti untuk dirintis mulai sekarang. “Saya minta BPBD bisa segera berkoordinasi tentang hal ini. Agar kesiapan penanggulangan bencana bisa semakin bagus,” terangnya.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Blora, Sunardi, menjelaskan pihaknya tahun ini sedang menyiapkan rintisan Destana. Setidaknya ada delapan desa yang akan dilatih dan dirintis sebagai Desa Tangguh Bencana di tahap pertama. Desa-desa akan dipilih yang memiliki potensi bencana alam baik banjir, angin puting beliung, kekeringan maupun tanah longsor. “Sedang kami petakan,” jelasnya.
Penulis : Ais
Editor : Sujatmiko