damarinfo.com – Awal Mula Blok Tobo di Era Kolonial. Ayo kita mundur ke masa lalu, ke akhir tahun 1930-an, saat Hindia Belanda masih berkuasa di tanah air kita. Waktu itu, ada sebuah wilayah yang sedang ramai diperbincangkan di kalangan pejabat kolonial, namanya Blok Tobo. Luasnya sekitar 27.800 hektar, terbentang di residensi Japara-Rembang dan Bodjonegoro, yang kini kita kenal sebagai bagian dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tepat pada tanggal 30 Desember 1938, Pemerintah Hindia Belanda menandatangani sebuah perjanjian penting dengan Bataafsche Petroleum Maatschappij (B.P.M.). Perjanjian itu, yang tercatat dalam Staatsblad dari Hindia Belanda 1939 No. 65, memberikan hak eksklusif kepada B.P.M. untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak bumi, ter bumi, lilin bumi, hingga yodium di wilayah tersebut selama 40 tahun.
Batas-batas wilayah Blok Tobo pun ditetapkan dengan sangat rinci, seolah mereka benar-benar serius untuk menggarap kawasan ini. Di sebelah barat, utara, dan timur laut, wilayah ini dibatasi oleh tepi kiri Sungai Glandangan; sebagian batas selatan konsesi pertambangan Panolan dan Tinawoen; garis dengan azimut Utara 124° 20′ Timur yang ditarik melalui titik 1050 meter tepat ke selatan dari titik triangulasi T. 24; serta garis paralel melalui titik triangulasi S. 659.
Di sebelah timur, batasnya adalah perpanjangan ke utara dari batas timur wilayah kontrak Sa Dander, yang merupakan bagian dari kompleks Rembang. Sementara di sebelah selatan dan barat daya, Blok Tobo dibatasi oleh batas utara dan sebagian batas barat blok Dander; garis penghubung dari titik triangulasi T. 14 ke titik A yang terletak 1250 meter tepat ke selatan dari titik triangulasi T. 236, hingga titik H pada garis tersebut yang berjarak 1000 meter dari titik A ke arah tenggara; serta garis dengan azimut Utara 262° Timur melalui titik B. Semua detail ini menunjukkan betapa telitinya mereka merencanakan eksplorasi di sana.

Misteri Blok Tobo yang Tenggelam dari Sejarah
Tapi, cerita tentang Blok Tobo sepertinya tidak berlanjut dengan gemilang. Bayangkan, kontrak itu berakhir pada tahun 1978, setelah 40 tahun berlalu. Dan setelah itu, nama Blok Tobo seperti lenyap dari peta sejarah. Kini, di tanggal 1 Mei 2025, saat kita membicarakan pertambangan minyak di Jawa Timur, yang muncul di benak kita adalah Blok Cepu. Ya, Blok Cepu yang meliputi Kabupaten Blora di Jawa Tengah, serta Bojonegoro dan Tuban di Jawa Timur, jauh lebih terkenal. Di dalamnya, ada lapangan minyak Banyu Urip yang menjadi kebanggaan nasional.
Banyu Urip ini pertama kali diumumkan penemuannya pada April 2001. Lapangan minyak ini, yang dikelola oleh ExxonMobil Cepu Limited bersama PT Pertamina EP Cepu, punya cadangan minyak yang luar biasa, lebih dari 940 juta barel—dua kali lipat dari perkiraan awal yang hanya 450 juta barel. Di masa puncaknya, Banyu Urip bisa memproduksi hingga 230.000 barel per hari, menyumbang sekitar 30 persen dari total produksi minyak nasional. Minyak dari sini diolah di Fasilitas Pengolahan Pusat di Bojonegoro, lalu dialirkan lewat pipa bawah tanah ke pantai Tuban, sebelum akhirnya dikirim ke pasar domestik dan internasional melalui kapal tanker dari fasilitas penyimpanan terapung bernama Gagak Rimang.
Kejayaan Blok Cepu dan Jejak Panjang Sejarahnya
Sebenarnya, kalau kita tarik lagi ke belakang, sejarah pertambangan di kawasan ini sudah dimulai sejak tahun 1870-an, masih di era kolonial Belanda. Blok Cepu, yang dulu dikenal sebagai konsesi Panolan, pertama kali dieksplorasi oleh Royal Dutch/Shell DPM sebelum Perang Dunia II. Setelah berbagai dinamika, termasuk pergantian kekuasaan dan pengelolaan, Blok Cepu kini menjadi salah satu tumpuan industri minyak Indonesia, dengan kontrak kerjasama yang akan berlangsung hingga 2035.
Lalu, bagaimana nasib Blok Tobo? Entah mengapa, setelah kontraknya habis pada 1978, tidak ada lagi catatan yang menyebutkan aktivitas besar di sana. Mungkin wilayah ini sudah melebur ke dalam Blok Cepu yang lebih luas, atau justru ditinggalkan karena hasilnya tak sebesar harapan. Hingga kini, misteri itu belum terpecahkan. Blok Tobo seperti menjadi bagian kecil dari sejarah yang terlupakan, sementara Blok Cepu terus bersinar sebagai tumpuan harapan energi nasional.
Pelajaran dari Blok Tobo yang Terlupakan
Cerita Blok Tobo ini mengajak kita untuk melihat bahwa sejarah itu penuh dengan lapisan-lapisan kecil yang mungkin tak lagi kita dengar. Di balik kejayaan Blok Cepu, ada kisah seperti Blok Tobo yang pernah ada, pernah diharapkan, tapi kini hanya menjadi jejak di lembaran sejarah—menunggu untuk ditemukan kembali oleh generasi yang penasaran.
Penulis : Syafik
Sumber : (STAATSBLAD VAN NEDERLANDSCH-INDIË , No 65 tahun 1939. diunduh dari laman delpher.nl)
(Disclaimer : Diterjemahkan dengan menggunakan grok.com, sehingga mungkin terjadi kesalahan)