Bojonegoro,damarinfo.com – Kabupaten Bojonegoro diprediksi menghadapi bencana meteorologi selama musim hujan, seperti banjir luapan, banjir bandang, tanah longsor, dan angin kencang. Pakar klimatologi Universitas Bojonegoro, Dr. Heri Mulyanti, S.Si., M.Sc., menyebut bahwa wilayah sisi utara dan sisi selatan Bojonegoro memiliki risiko bencana yang berbeda.
“Sisi utara yang dekat Bengawan Solo berpotensi banjir luapan. Sementara sisi selatan atau wilayah dekat hutan berisiko banjir bandang dan longsor. Selain itu, angin kencang juga harus diwaspadai,” ungkapnya, Selasa 3-12-24.
Penyebab Angin Kencang dan Osilasi Gelombang MJO
Angin kencang di Bojonegoro disebabkan oleh pertumbuhan awan cumulonimbus, angin monsun dari utara, dan gelombang Madden Julian Oscillation (MJO) yang melintasi wilayah ini. Menurut Heri Mulyanti, fenomena ini terjadi lebih awal dari biasanya.
“Seharusnya November belum saatnya hujan deras. Tapi gelombang MJO mempercepat pertumbuhan awan cumulonimbus, sehingga potensi angin kencang disertai petir meningkat,” jelasnya.
Langkah Antisipasi untuk Warga
Hari Mulyanti mengingatkan masyarakat untuk mengantisipasi bencana sesuai wilayah masing-masing:
- Warga dekat Bengawan Solo: Siap menghadapi banjir luapan, meski waktu puncaknya sulit diprediksi.
- Warga di wilayah selatan: Harus waspada terhadap banjir bandang dan tanah longsor, terutama jika hujan deras turun lebih dari tiga hari berturut-turut.
“Jika hujan deras tujuh hari berturut-turut, warga harus mulai waspada. Penyerapan air tanah yang kurang optimal akibat hujan terus-menerus bisa memicu bencana,” kata Heri Mulyanti
Deforestasi dan Pengaruh Aktivitas Manusia
Heri Mulyanti menjelaskan, salah satu penyebab longsor dan banjir bandang adalah deforestasi. Penanaman tanaman seperti jagung di area hutan mengurangi kemampuan tanah menyerap air secara optimal.
“Pohon memperlambat aliran air ke tanah. Kalau hutannya ditanami jagung, airnya disimpan di mana? Penyerapan air yang terlalu cepat bisa memicu banjir bandang dan longsor,” tegasnya.
Heri Mulyanti juga menyoroti pembangunan di daerah aliran sungai (DAS) dan kawasan hutan yang melanggar aturan.
“Longsor sering terjadi karena lereng yang curam dan struktur tanah yang tidak stabil. Jika dipaksakan ada bangunan di situ, ditambah hujan deras, potensi banjir bandang meningkat. Aktivitas manusia tanpa antisipasi memadai dapat memicu bencana lebih besar,” tutupnya.
Penulis : Syafik
Sumber : unigoro.ac.id