Ata bin Abi Rabah, Budak yang Menjadi Hujjah Al-Ummah

oleh
oleh
(Ilustrasi)

Damarinfo.com – Nama lengkapnya Abu Muhammad Atha bin Abi Rabah Aslam bin Shafwan (bahasa Arab: أبو محمد عطاء بن أبي رباح أسلم بن صفوان), atau singkatnya Atha bin Abi Rabah, adalah seorang tokoh ulama ahli fiqih, ahli tafsir dan perawi hadits dari golongan tabi’in, yang bertempat tinggal di Mekkah.

Atha bin Abi Rabah merupakan seorang keturunan Habasyah (kini Etiopia, Afrika), yang lahir di Al-Janad, sebuah kota di Yaman. Pada awalnya ia adalah seorang mawla (budak) keluarga Al-Fihr di Mekkah, namun ia dibebaskan dan menjadi penuntut ilmu dari para sahabat Nabi, khususnya Jabir bin Abdullah al-Ansari, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubair, dan lain-lain.

Atha di kemudian hari menjadi ulama yang luas pengetahuannya dan amat dihormati, hingga bersama Mujahid bin Jabir dipercaya sebagai imam pemberi fatwa atas berbagai permasalahan penduduk Mekkah. Para ulama yang menjadi muridnya antara lain Amru bin Dinar, Az-Zuhri, Qatadah, Malik bin Dinar, Al-A’masy, Al-Auza’i, dan lain-lain. Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari Atha dalam kitabnya sebanyak 109 kali.

Ata’ dikenal sebagai ulama yang sangat alim dan banyak mengetahui tentang Al-Quran dan Hadis. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh Tabi’in yang paling banyak mengajarkan Hadis, sehingga ia dijuluki sebagai “Hujjah al-Ummah” atau “Hujjah para ulama” karena kedalaman ilmunya.

Baca Juga :   Ulama Tabiin dari Yaman. Siapa Dia?

Ata’ juga dikenal sebagai ulama yang sangat konsisten dalam menjaga prinsip-prinsip ajaran Islam. Ia menolak untuk menerima hadis-hadis yang tidak jelas asal-usulnya atau tidak memiliki sanad yang kuat, karena menurutnya, ketelitian dan ketepatan adalah kunci penting dalam memahami dan menjaga ajaran Islam.

Baca Juga :   Mengapa Emas Menjadi Sangat Berharga. Gus Baha pun Mampu Menjelaskannya.

Selain itu, Ata’ juga dikenal sebagai sosok yang sangat rendah hati dan sederhana dalam hidupnya. Ia hidup dengan sangat sederhana, dan tidak pernah merasa sombong atau angkuh karena kedalaman ilmunya. Ia selalu mendorong para muridnya untuk berakhlak baik, menghormati orang lain, dan menjaga nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.

Ata’ bin Abi Rabah meninggal pada tahun 114 Hijriyah di usia 53 tahun. Warisan ilmunya sangat besar, dan banyak ulama terkenal setelahnya yang mengambil ilmu dari dia. Ata’ bin Abi Rabah dianggap sebagai salah satu ulama Tabi’in yang paling berpengaruh dalam sejarah Islam, dan namanya akan selalu diingat sebagai salah satu ulama terbesar dalam sejarah Islam.

Editor : Syafik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *