Bojonegoro, damarinfo.com – Alloh adalah sebagaimana prasangka kita kepada-Nya. Allah selalu membersamai mereka yang berdzikir,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي،
وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي،…
Artinya : “Aku (Alloh) sesuai persangkaan hamba-Ku (Alloh). Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku.”
Itulah, penggalan hadits yang termaktub dalam kitab Riyadussolihin bab fadhlir roja. Dalam kajian Rutin kitab Riyadussolihin di Kantor Cabang NU Bojonegoro sabtu pagi, yang di asuh oleh Kiyai Ahmadi Ilyas membahas bagaimana kita berperasangka kepada Alloh.
Kutiban tersebut menurut Kiyai Ahmadi, jika menurut ilmu nahwu adalah jumlah ismiyah dengan kaidah istimror sehingga apapun yang akan di lakukan seseorang sejak awal harus di awali dengan husnudzon. Misalnya akan melakukan usaha jalankan dengan husnudzon kepada Alloh jangan sampai belum melakukan sudah berfikiran misal seseorang akan melakukan usaha dan berfikiran jika nanti saat usaha akan merugi atau yang lainnya.
“Husnuzhon itu menjadi pondasi amalan kita,” tuturnya.
Lanjut Kiyai Ahmadi, kecenderungan suudzon inilah yang harus dikonversi menjadi khusnudzon, sama-sama berpikirnya kenapa seseorang memilih suudzon dari pada husnudzon? Alangkah ruginya jika seseorang memilih suudzon jika demikian (sesuai hadits qudsi) yang akan terjadi.
Ustadz Ahmad Rifki Azmi menjelaskan, selama ini kita sudah menjustifikasi misalnya kita berharap mendapatkan laba dalam berdagang atau berharap sehat itu baik dan termasuk berperasangka baik. Namun sebenarnya dikatakan berperasangka baik adalah mengatakan “Alloh itu jika tidak sebab mengasihi aku maka aku tidak akan di beri laba / untung”. Atau lagi misalnya “saya akan di beri umur panjang”, itu belum di katakan husnuzdon namun jika mengucap “saya akan di beri umur panjang, karena Alloh ingin aku bertaubat dahulu sebelum meninggal” baru bisa dikatakan husnuzdon.
“Karena jika hanya berucap “saya bakal di beri umur panjang,” itu bisa menjadi baik juga buruk,” ujarnya
Sementara terkait dengan Alloh akan membersamai kepada seseorang yang mengingatnya, hal ini di tekankan oleh Ustadz Rifki membersamai ini jangan sampai di bayangkan seperti apa, seperti siapa, dan tanpa menafikan jika ada dzat Alloh.
“Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Allah itu Dzat Yang Maha Sempurna, dan tidak disifati dengan sifat-sifat keterbatasan,” pungkasnya.
Penulis : Rozi