100 Hari Setyo Wahono –Nurul Azizah: Menanam Akar Perubahan di Tanah Bojonegoro

oleh 106 Dilihat
oleh
(Bupati Bojonegoro Setyo wahono - Wabup Nurul Azizah menyapa pedagang d pasar. foto : bojonegorokab.go.id)

Bojonegoro,damarinfo.com- Seratus hari ibarat sekejap mata, namun bagi Bupati Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah, itu adalah musim tanam yang penuh makna. Sejak dilantik pada 20 Februari 2025, keduanya melangkah bagai petani yang merawat ladang: tak gegap gempita, tapi penuh ketelitian, menyiram benih harapan di 419 desa dan 11 kelurahan Bojonegoro.

Dengan visi “Bojonegoro Bahagia, Makmur, dan Membanggakan,” mereka menenun mimpi bersama rakyat, menjadikan kebersamaan sebagai napas setiap langkah. Tak ada spanduk megah atau proyek raksasa di awal perjalanan. Yang ada adalah telinga yang mendengar, tangan yang merangkul, dan hati yang hadir di beranda rumah warga. Dalam seratus hari, delapan quick win telah bertunas.

Jembatan Hati: SAPA dan Medhayoh Menghubungkan Rakyat

Mas Wahono dan Bu Nurul (Sapaan untuk Bupati Setyo wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah)  memulai dengan membuka pintu dialog, bagai sungai yang mengalir menghubungkan hulu dan hilir. SAPA Bupati, digelar di Pendopo Malowopati sejak April 2025, menjadi ruang bagi warga seperti Mohammad Syafii dari Ledok Kulon untuk bersuara.

Limbah tahu bisa jadi pupuk, sayang kalau terbuang,” katanya pada 26 Mei 2025. Aspirasi itu langsung ditangkap, dan Dinas Lingkungan Hidup bergerak cepat.

Tak cukup di pendopo, Mas Wahono—sapaan akrab sang bupati—menggagas Medhayoh, menyapa warga langsung di desa mereka. Di Desa Semambung, Kecamatan Kanor, pada 16 Mei 2025, ia duduk bersama warga, mendengar keluh kesah seperti sahabat lama. Nomor WhatsApp khusus pun dibuka, memastikan setiap suara, sekecil apa pun, menemukan tempat.

Ditambah Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), birokrasi kini lebih ramping, cepat, dan ramah—seperti pelukan hangat di tengah hiruk-pikuk.

Digitalisasi yang Merakyat: SATELIT dan WASIAT

Di era yang serba terhubung, Mas Wahono dan Bu Nurul membawa pemerintahan ke genggaman tangan. SATELIT (Saluran Telemedicine Puskesmas Terintegrasi) dan WASIAT (WhatsApp Integrasi Antrian Online) menjelma sebagai jembatan digital, memudahkan warga mengakses layanan tanpa harus mengantre di kantor.

Baca Juga :   Bupati Bojonegoro Setyo Wahono: Media Adalah Mitra dan Agen Pembangunan

Dari pendaftaran rumah sakit hingga aspirasi lewat pesan singkat, pemerintah kini hadir di layar ponsel, membongkar tembok birokrasi yang dulu terasa berlapis.

Pemberdayaan dari Akar: GAYATRI dan Langkah Kecil Lain

Kemiskinan, yang masih mencengkeram 147.330 jiwa, tak dibiarkan merajalela. GAYATRI (Gerakan Beternak Ayam Petelur Mandiri), diluncurkan 22 April 2025 bersama ExxonMobil Cepu Limited, menjadi sinar mentari bagi 16 desa prasejahtera.

Telur itu mudah, pasarnya luas,” ujar Mas Wahono, putra Dolokgede, dengan mata berbinar. Program ini, bersama bantuan domba, ternak lele, dan pembangunan rumah layak huni, adalah bibit keberdayaan yang ditanam pelan tapi pasti.

Petani, tulang punggung Bojonegoro, juga tersentuh. Normalisasi embung, tambahan kuota pupuk subsidi, dan MoU dengan Bulog untuk pembelian gabah Rp6.500 per kilogram menghidupkan harapan.

Petruk Tani memperkenalkan drone sprayer dan Jagongan Petani Milenial, membawa angin modernisasi ke sawah. Asuransi tani melindungi dari gagal panen, sementara 157.058 pekerja rentan kini terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan—langkah kecil yang mengubah nasib.

Air Kehidupan: IPAH dan Sumber Baru

Di desa-desa rawan kekeringan seperti Bareng, Bobol, dan Miyono, Instalasi Pemanenan Air Hujan (IPAH) mengalir bagai oase. Kerja sama dengan BBWS memastikan air dari Waduk Pacal dan Gongseng menyirami sawah, didukung 197 pompa. Deteksi geolistrik bersama TNI AD menemukan tiga sumber mata air baru, sementara PDAM menargetkan 25 ribu sambungan pipa hingga 2026. Air, yang dulu langka, kini mengalir membawa kehidupan.

Pendidikan: Menyiram Bibit Generasi Emas

Program “10 Sarjana Satu Desa” menyalakan harapan untuk pendidikan tinggi di setiap desa. Beasiswa tugas akhir, afirmasi untuk Gus dan Ning, serta SMAN 2 Pamong Praja—satu-satunya di Indonesia—menjadi kebanggaan baru.

Program kejar paket B dan C dipercepat untuk 6.355 warga, sementara pendidikan spesialis didorong untuk memperkuat layanan kesehatan. Pendidikan kini bukan mimpi, melainkan tangga menuju masa depan.

Kesehatan: Detak Jantung yang Semakin Kuat

Pusat Layanan Jantung Terpadu di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo, diresmikan 23 Mei 2025, menandai lompatan besar.

Baca Juga :   Andik Sudjarwo Resmi Dilantik Jadi Pj Sekda Bojonegoro, Ini Pesan Mas Wahono

“Ini soal menaikkan kelas layanan kesehatan,” tegas Mas Wahono.

Tenaga kesehatan menjemput bola untuk penderita TBC, sementara aplikasi seperti SATELIT, WASIAT, dan PSC 119 memudahkan akses layanan. Cek Kesehatan Gratis (CKG) memastikan setiap warga tersentuh perhatian.

Lingkungan: Menghijaukan Tanah, Menyegarkan Jiwa

Wakil Bupati Nurul Azizah, dengan semangat membara, mengusung target 20% ruang terbuka hijau melalui hutan kota di Ledok Kulon dan gerakan menanam pohon. SDSB (Satu Desa Satu Bank Sampah) menjadi nyanyian cinta untuk lingkungan. Bojonegoro kini hijau, bukan hanya di mata, tapi juga di hati.

Tata Kelola: Menjahit Kebersamaan yang Adil

Sebanyak 4.001 honorer kini menjadi PPPK, rekor nasional. Sistem Organisasi dan Tata Kelola (SOTK) diperbaiki, memastikan birokrasi yang lincah. Infrastruktur jalan, dengan 93% ruas kabupaten dalam kondisi mantap, terus dikebut bersama program BKKD untuk desa-desa.

Dana abadi pendidikan dan BUMD Pangan Mandiri menjadi fondasi masa depan yang kokoh.

Gotong Royong: Napas Bojonegoro

Pada 28 Mei 2025, Setyo dan Nurul mengenakan baju biru muda, seragam kampanye yang kini jadi simbol janji terpenuhi. “Baju ini mengingatkan kami pada mimpi bersama,” ujar Mas Wahono.

Kebersamaan adalah roh yang menyatukan pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat dalam koalisi kokoh. Dari kepercayaan lahir harapan, dari harapan lahir optimisme—bahwa Bojonegoro sedang menapaki jalan menuju bahagia, makmur, dan membanggakan.

Seperti ladang yang disiram hujan, Bojonegoro kini bertunas. Setyo-Nurul tak buru-buru memanen pujian, tapi merawat akar perubahan dengan telinga yang mendengar dan hati yang hadir. Karena Bojonegoro bukan sekadar tanah, melainkan rumah bagi mimpi besar yang ditenun bersama, menanti panen raya yang akan dirayakan oleh semua.

Mari Bergandengan Tangan untuk Bojonegoro Lebih Baik!
Jadilah bagian dari perjalanan ini! Sampaikan aspirasi Anda melalui SAPA Bupati atau WhatsApp resmi Pemkab Bojonegoro, dan bersama-sama kita wujudkan Bojonegoro Bahagia, Makmur, dan Membanggakan.

Editor : Syafik

Sumber : bojonegorokab.go.id